Kamis, 17 Januari 2013

Banjir 2013

Sekarang sih disebelah saya ada secangkir susu strawb dan sebungkus choco soes. Ada juga suami yang sedang molototin HBO, film Fast Five yang sudah dia tonton puluhan kali. Anak-anak juga sudah tidur lelap di kamar. Jadi, saya sekarang....duduk anteng didepan laptop dengan koneksi inet wifi rumah yg super kenceng.
Nyaman, damai, tenang, home sweet home.

Bayangkan 12 jam yang lalu, apa yang terjadi di luar sana, saat dimana kejadian bulan Februari 2007 yang terulang lagi. Bedanya, kali ini kondisinya lebih parah.

Banjir siang ini, bukan karena tanpa sebab,tapi juga bukan salah siapa-siapa. Salah hujan? salah cuaca? salah global warming? Coba ngacung, diantara kita, ada yang bisa melawan alam? Nah, mingkem kan? (^.^) Jadi curah hujan yang sedang tinggi-tingginya , ekor badai Australia yang nyangkut di sepanjang pulau Jawa, jangan jadi kambing hitam penyebab banjir siang tadi ya.

Tulisannya Kompas 17 Jan 2013 yg mengutip pendapatnya Pak Sudibyakto. Butuh banjir kayak siang tadi untuk membuktikan tulisan ini dan pendapat saya 5 tahun yg lalu. 



Saya nggak mau membahas titik - titik banjir dan personil SAR yang terjun menangani korban, nggak mau dan malessss membahas para pengungsi yang terpaksa harus ninggalin rumah mereka. Bukan karena nggak empati atau nggak peduli, bukan juga karena kurang bahan tulisan dan informasi. semata, hanya karena saya capek dan kehabisan kata-kata soal ini. Sudah dari tahun 2008 (boleh cek di timeline) keluhan tentang tata kota Jakarta yang amburadul ini jadi makanan saya sehari-hari. Kejebak macet dan pemandangan jalan yang semrawut adalah rutinintas. Melihat lingkungan kumuh sub urban dan "penduduknya" setiap pulang kantor adalah kebiasaan. Katakanlah, lama kelamaan saya kebal. Dan mata saya mulai terbiasa melihat pemandangan yang demikian (walaupun mata hati saya selalu jejeritan). Tapi beneran deh, saya nggak tertarik membahas solusi dan penyebab banjir ini disini. Capek ciiinnnn... .
Banjir di Jakarta siang ini menurut saya cuma sekedar waktu yang berwujud akibat dari kelakuan puluhan taun yang sama sekali jauh dari simultan. Jadi, jangan kaget dan jangan mengeluh. Ini semua kan lingkaran yang hanya sedang kembali ke sumber dan asal mulanya. Buang sampah sembarangan, pemekaran lahan nggak pake aturan, tata kota berdasarkan "siapa yang punya uang", penggunaan lahan kosong untuk bangunan 47 lantai, utilisasi kendaraan bermotor pecah dari angka normal dan sebab lainnya yang sebetulnya....kita-kita juga pelakunya. Saya jadi gemes dan pengen mengupdate gambar amatir yang menunjukkan betapa tidak humanisnya pembangunana tata kota dan ruang di Jakarta. *update me later
Dan ternyata, pendapat saya ini di amin i oleh seorang entah siapa yang namanya Sudibyakto di Jogjakarta. Tadi pagi sewaktu baca tulisannya di Kompas 17 Jan 2013. sy cuma bisa menghela nafas. Antara pengen tertawa tapi nggak bisa menahan tangis karena sebel sama situasi banjir ini. Bahwa memang, terlalu kompleks untuk menyelesaikan masalah air bah masuk kota dalam waktu singkat. Bukan semata solusi tentang beton,sungai, pemukiman, tata kota and the blah and the blah and the blah...tapi harus juga menyangkut budaya, ngomongin sikap dan perilaku masyarakat dan kebiasaan. Hei, ngomongin hal-hal kayak "gitu" kan sama aja gomongin time frame up to 50-100 tahun. Nah...coba silakan dipikir-pikir lagi, kira-kira kapan permasalahan ini bakal kelar, dan dalam tenggat waktu hampir seabad tersebut, kemungkinan apa yang bisa terjadi. Sejauh mana dari titik sekarang, bangsa dan masyarakat Jakarta bisa berjalan. Apakah sekarang waktunya buang sampah pada tempatnya? Apakah sekarang waktunya memilih kendaraan umum  daripada kendaraan pribadi (walaupun tingkat kenyamanan dan keamanan public transport di Indonesia juga masih harus dipertanyakan)? Apakah sekarang waktunya menghentikan pembangunan gedung 45 lantai?

Kalo mengutip perkalimatanya kang Prie GS : sekalipun harus tidak menjadikannya sebagai Ibukota, if that should it takes to protect Jakarta... menurut gue : so be it!

*sementara diluar, hujan mulai turun lagi dengan derasnya.

Kamis, 06 Desember 2012

Ces Pleng : Nuno dan Auclaire (1)

Sebetulnya, peristiwa ini terjadi setiap saat mereka bermain. Anak-anak saya, Nuno dan Auclaire...setiap kali bermain bersama, selalu mengundang tawa. Mereka berdua saling menertawakan satu sama lain, dan kami orang dewasa yang menonton juga kepingkel-pingkel ngeliatin dua bayi berkepala bulat bertingkah lucu. Hanya, anggaplah karena kesibukan saya di kantor, sehingga quality time bersama anak-anak jadi terbatas, saat weekend, beberapa saat sebelum berangkat ke kantor dan sesaat setelah pulang kantor-kalau mereka belum berangkat tidur. Jadi pemandangan ketika Nuno-Auclaire bermain bersama bisa dibilang agak jarang saya liat.  Tapi malam ini saya cukup beruntung bisa melihat mereka bermain bersama.

Jadi gini ceritanya.

Malam ini , pas saya pulang kantor...turun dari mobil, sy denger suara Auclaire ketawa terbahak-bahak dan nggak berhenti-berhenti, dibarengi dengan suara teriakan Nuno, "ketawa adeeek...! Ayo ketawa adeeeek...!!!". Pas saya intip dari jendela, ternyata mereka berdua lagi joget nggak karu-karuan dengan iringan lagu India dari mainan mobil-mobilannya Nuno. Auclaire nggak peduli ada barang apa didepan matanya dia terus aja berjalan maju dan mengelilingi rumah sambil sesekali joget, menggerakan tangannya keatas dan kebawah, goyang kepala, lanjut jalan...lalu ketawa lagi dan begitu seterusnya. jelas, Auclaire jadi 'full battery'  karena ngeliat tingkahnya Nuno yang nggak kalah ekstrim dgn loncat kesana kemari, memukul dan menendang angin seolah dia adalah super hero yg lagi berantem sama monster (gerakan baru Nuno ini entah dari film kartun yang mana). Nuno juga nggak berheti kasih komando supaya adeknya ketawa dan terus joget. Ditambah dengan Pipit yang memanaskan suasana dengan ikutan melakukan joget, jadilah pemandangan indah dari balik jendela malam ini nggak tega untuk saya buyarkan. Sekitar 15 menit saya stand still dibalik jendela sambil senyum-senyum sendiri melihat pemandangan mereka bertiga. Indah banget melihat dan mendengar anak-anak ketawa dan bermain bahagia. Pemandangan pelepas penat yang ces pleng dan seketika itu juga menghilangkan capek setelah kerja dan macet seharian.

Beberapa saat setelahnya akhirnya saya nggak tahan untuk masuk rumah dan menyapa anak-anak lalu memeluk mereka, cium-cium, sayang-sayang dan akhirnya terjun bersama mereka bertiga untuk joget amburadul. Seperti biasam Nuno mendominasi dan nggak ngasih saya untuk dipegang-pegang sama Auclaire. Cuma tetep kok saya curi-curi cium dan gendong Auclaire kalo Nuno lagi meleng ^__^. Overall, malam ini mereka hepi karena ketungguan ibunya joget bersama, saya juga merasa bahagia lahir batin. 
Selesai main joget amburadul, jadwal tidur mereka berlangsung seperti biasa. Sebelum saya mandi masih sempat ngelonin Nuno tidur dan gendong Auclaire sampe tidur pules di pelukan saya. Lalu saya mandi, istirahat minum teh panas manis yang kentel kalo diseruput itu bisa bikin saya menggelinjang saking keenakan. Dan ya disinilah akhirnya saya bertengger di depan laptop ini untuk nulis.

Ketawanya anak-anak malam ini indah sekali. Begini analoginya. Setelah puasa seharian, kita dikasih minum es buah dingin baru keuar dari kulkas. Nah. Begitu deh rasanya beban yang diangkat. Lebih sureal daripada jatuh cinta pada pandangan pertama. Ketawanya Auclaire dan tingkahnya Nuno malam ini seolah ngasih saya lagi-lagi jawaban , kenapa mereka berdua bisa ada di muka bumi ini. Dulu awal masa kehamilan Auclaire, berbagai kekhawatiran muncul ttg gimana saya dan suami menjalani peran sebagai orang tua anak-anak yang masih kecil, tentang kasih sayang kami yang harusnya masih sepenuhnya dicurahkan untuk Nuno, tentang apakah nanti kami bisa mendidik mereka dan ngebentuk karakter baik dalam diri mereka bla bla bla yadayadayada. Semua pertanyaan saya yg (ternyata) nggak mutu itu terjawab satu per satu seiring berjalannya waktu. Bahwa, mereka berdua ada because they belong to each other, Nuno untuk Auclaire dan Auclaire untuk Nuno. 

Saya sadar sih, sebagai ibu bekerja yang tinggal di pinggiran Jakarta mengharuskan saya bayar harga berupa waktu yang terbuang selama di kantor, nggak bisa full time mengikuti perkembangan mereka by detail. Pergumulan saya lah....lagi-lagi hanya waktu yg punya kuasa untuk menjawabnya. 

Meanwhile, saya ngetik postingan kali ini sambil bolak-balik ngeliatin dua bayi saya yang lagi tidur. Hhhhh....rasanya cessss plenggg.... 

(kok tiba-tiba ada suara suami saya ya?? Wah, waktunya tutup laptop nih.... Lanjut lain kali ya di postingan ces pleng yang kedua yah :) byeeee....!)

Senin, 26 November 2012

Terjadi Begitu Saja

Ini hobi baru saya :) belum lama sih saya mulai coba resep sana coba resep sini. Dan soal hasil, jangan bayangkan rasa yang spektakuler, atau bentuk yang indah kayak yg ada di acara kuliner tv. Hasil karya saya masih ala-ala warteg dan kelas rumahan. Yang penting cukup untuk bikin suami ngambil nasi sampe 3x ^___^ 

Masuk dapur bukanlah prestasi buat saya. Mengingat ada begitu banyak alternatif melepas penat di weekend time dan seabreg kegiatan saat weekdays...saya punya banyak alesan untuk nggak dari dulu belajar masak. Cuma memang, yang perlu digarisbawahi disini adalah, nggak ada tuh inspirasi untuk masuk dapur. It was just happened dan berlanjut begitu aja sampe sekarang. 

Jadi, ya untuk kelas pemula sok sibuk dan new comer , boleh donk saya pamer dikit hasil masakan saya hehehe.



Sabtu, 24 November 2012

A Very Simple "Hello...!"

Haloooowwww...

Ya ampyuuun... setaun lebih lho nggak mendatangi blog ini :) 
Ternyata rindu kali awak ni....Ketemu sama barisan kata dan template "post a new blog" bener-bener obat kangen deh :) 
Ada apa kah gerangan yang membawa gw kembali bermain kata setelah sekian lama?
Ternyata rindu yang sedemikian hebat masih dikalahkan oleh yang namanya rutinitas. Hihihi, nggak mau ngeles ah, memang selama ini waktu serta tenaga gw diserap habis sama yang namanya aktivitas dan rutinitas sbg wanita karir dikantor, istri dan ibu dirumah. Dari melek sampe merem sampe melek lagi, ya muter-muter disitu aja cerita gw. Walaupun ada boanyak kejadian yang bisa dishare selama setahun terakhir, terutama setelah gw berstatus sebagai ibu beranak dua dan...efektif pindah ke rumah kami sendiri.

Kehidupan dimulai...
cerita dimulai....

Beberapa waktu yang lalu, sudah ada yang menangkap basah blog ini. Nyuruh gw untuk nulis lagi. Dan belum lama ini, setelah jalan-jalan di beberapa blog...baca lagi tumpahan isi hati , everyday story of a living mind, rasanya memang nggak ada alasan untuk nggak menuliskan a very simple "Hello...." to my self, after all...., I guess I deserve a time to dance my fingers out in a melody of words :)


Helloooooo thereeeee...... ^____^

Minggu, 04 Desember 2011

Elisabeth Auclaire Ferenina Danniswara

Mohon disambut...another miracle in my life : Elisabeth Auclaire Ferenina Danniswara.

14 November 2011. Satu hal yang gw patut syukuri adalah kebenaran kalimat :
God said yes, and give you what you want.
He said no, and give you something better.
He said wait, and give you the best.

Bener dan terbukti nyata sekali kalimat ini. Disela-sela menanti kelahiran si adek yang penuh harap-harap cemas karena sering ditinggal suami dinas, ternyata waktu Tuhan suruh gw untuk, "tunggu!", hasilnya adalah yang terbaik. Ketungguan nyokap, suami dan mertua. Melalui persalinan normal + induksi persis waktu lahiran si kakak Nuno, yang aduhai.....antara hidup dan mati rasa sakitnya....akhirnya lahirlah malaikat mungilku dengan bb 3.3 kg dan panjang 49cm.

Beberapa hari setelah bersalin di RSPP adalah saat-saat yang ngangenin dan menyenangkan. Suster dan dokter serta fasilitasnya pas sama ekspektasi gw, semuanya menyenangkan. Yang penting, gw nggak lagi-lagi terserang baby blues yang bikin stress itu. Mungkin karena sudah pengalaman, jadi lebih tenang. ASI gw juga lebih lancar dari jamannya si kakak. Karena dari awal, gw sudah kasih barikade berduri sama mama untuk nggak komentar apapun soal ASI. Dan kadang, memang harus lewat cara begitu maksud komunikasi kami tersampaikan.

Sudah hampir dua minggu umur Auclaire, semuanya berjalan dengan lancar. Dulu pas jaman Nuno, gw inget banget tuh, sampe kurang lebih dua bulan adalah masa-masa berat dimana gw justru banyak berantemnya sama suami dan mama. Puji Tuhan yang sekarang lancar.
Yang justru gw rasakan adalah sekarang ini pikiran dan kepala gw (juga hati, semoga), sangat-sangat terbuka dan gw berasa wise aja gitu. Dalam menghadapi semua hal dihidup ini, rasanya ada pertimbangan kedua, ketiga dan hal lain yang rasanya nggak terpikir sebelumnya. Mungkin, bisa jadi pengaruh hormon. Semoga tidak. Semoga ini bersambung terus sebagai bentuk kedewasaan gw :) amin!

Sekarang jam 4 pagi. Gw liatin aja tuh muka bayi kecil dua "biji" dikasur, berserakan :) pemandangannya indah sekali. Semoga memang menjadi berkat yg indah bwt keluarga gw.

Jumat, 21 Oktober 2011

My maternity leave yang jauh lebih panjang drpd yg ada di UU Ketenagakerjaan :)

Alooohaaaa…Yuhuuuu…!!! ^0^

Apa…. gw sudah bilang bahwa sekarang ini gw sedang maternity leave selama 3 bulan?

Apa…. gw sudah bilang bahwa hari-hari ini gw sedang menanti detik-detik lahirnya anak kedua gw –namanya Fereauclair Danniswara- kedunia?

Apa…. gw sudah bilang bahwa menghabiskan 24 jam bersama anak pertama gw –Daniel Ferenuno Danniswara- akhirnya mengobati waktu yang selama ini ’terbuang’ di kantor seharian? Apa gw sudah bilang bahwa kegiatan ngurus anak dan ngurus rumah ternyata jauh lebih menyenangkan daripada ngurus nasabah dan ngurusin target?

Apa….gw sudah bilang bahwa saat ini gw sedang memantapkan hati untuk jadi ibu rumah tangga dan berhenti jadi wanita karir ?

Apa… gw sudah bilang bahwa ….??

hehehe...banyak yg gw belum bilang yah...ini semua karena waktu yang selalu disita sama rutinitas di kantor.

12 jam di kantor dan kemacetan Jakarta (the moron city that i hate so much), 8 jam untuk istirahat dan tidur, 4 jam untuk keluarga...dalam sehari..? Me time..? Wassalam hehehe....

Tapi dengan cuti panjang 3 bulan, akhirnya gw menemukan secuil harapan untuk kembali mengurusi suami tercinta, dan anak-anak tersayang. Ditambah dengan cuti panjang selamanya...jika memang akhirnya gw memutuskan untuk resign J Yaaaah, kalo kemudian muncul dilema dan pertentangan mengenai keputusan gw untuk berhenti kerja....gw rasa wajar. Gw hanya bisa menyikapinya dengan sewajarnya, karena biar bagaimanapun juga segala sesuatu butuh waktu untuk berproses dan memberi pembuktian. Mungkin aja suatu saat akan ada yang menyalahkan gw atau bahkan gw sendiri menyesali keputusan untuk berhenti bekerja. Tapi, gw nggak akan pernah tau sebelum mencoba. Kalau suatu saat nanti gw harus jatuh dan sakit, let it be.

Hahaha, kok jadi serius gini sih omongannya?? Ya ya, memang bukan sebauh keputusan kecil dalam hidup gw. Hampir sama ketika gw memutuskan untuk menikah dulu. Bedanya...dulu gw nggak punya orang lain untuk jadi orientasi dan dasar keputusan gw, alias konsekuensi ditanggung penumpang alias diri sendiri. Kalo sekarang, gw harus mempertimbangkan keluarga, suami dan terutama anak-anak gw.

Toh....semua ini gw lakukan untuk mereka bertiga kok. Karena by the end...ya...keluarga lah yang kita punya... Jadi... apa...gw sudah bilang bahwa.....sebenernya post ini nggak penting-penting amat?? hahaha....

Minggu, 11 September 2011

mingkem :)

Keputusan untuk memberhentikan babbysitter yang satu itu, gw rasa....membungkam mulut banyak orang :) bikin mereka mikir dua kali kalo mau komentar hehehe.... *tersenyum licik dan puas penuh kemenangan._Duh Gusti, maap ya...kan cuma ingin yang terbaik bwt Nyunyow_ *

Dan tiba-tiba teringat, bahwa dimana-mana yang namanya ibu pasti pengen yang terbaik bwt anaknya....